3 Anak 3 Sifat

Tiap anak punya kelebihan masing-masing. 3 anak yang kita miliki, 3 sifat yang berbeda.

Putri pertama, karakternya suka belajar hal-hal berbau teknologi. Di kelas 3SD, sudah punya youtube channel, pengikut hampir 1000. Lala juga suka fashion show, menari, menggambar. Pernah dapat 2 piala untuk juara mewarnai dan menggambar. Pernah juga juara pertama e-sport, maksudnya menang tanding mobile legend di sekolah untuk kategori putri. Anak ini hobi mencoba hal baru dan percaya diri. Asal ada pertandingan, mau aja ikut. Kalah menang urusan terakhir, yang penting ikut dulu.

Putri kedua, Christella Sivalie, satu-satunya anak yang posisi kepalanya normal saat di dalam perut, anak ini cenderung tekun. Cepat belajar dan cepat hafal. Kalau ada ujian semester, tak perlu harap Sese ( nama panggilan Christella) akan belajar mati-matian atau ngebut. Dia sudah hafal dan tenang-tenang saja tidur siang sampai 3 jam. Kepintarannya merata untuk semua mata pelajaran. Jadi tidak timpang, baik di mate tapi jelek di bahasa atau sebaliknya. Sese ini kecerdasannya merata, dia paham semua. Hobinya memasak. Sekarang, tahun 2024, di kelas 3 SD, sudah sanggup masak nasi,  goreng telur, buat teh manis, mengupas kentang wortel untuk masak sup. Kebetulan di sekolahnya ada ekskul memasak dan dia sudah pengen kali ikutan. Ekskulnya untuk murid SMP, bukan murid SD. Bahkan dia pun tahu jurusan memasak itu nama kerennya “tata boga”.

Anak tengah ini penyayang, kalau beli jajanan selalu beli juga untuk jatah kakak dan adiknya. Kalau saudaranya dizolimi orang, dia pasti “buka mulut” dan cerita. Kakak dan adiknya kadang mengalah demi teman.  Sedang yang tengah ini sejauh masih win-win dia diam, kalau mulai merugikan, dia akan ribut.

Nah, yang terakhir kebetulan anak laki-laki, Shamash Dinakar Piyadasa Sivalie ( arti namanya, dewa matahari yang penyayang dan selalu beruntung),ini anak yang tenang dan cenderung cuek. Kemampuan analisisnya sangat bagus. Saat masih TK, dia sanggup menjawab hal-hal yang bagi orang dewasa pun masih tanda tanya. Sayangnya, untuk hal yang dirasanya tidak menarik minatnya, dia cenderung acuh, alhasil di TK dia urutan terakhir dari semua murid yang ada. Tulisannya aduhai indahnya, tak terbaca. Sampai sekarang saat di kelas 2 SD sering disuru salin ulang. Bisa membaca tapi lemah di dikte, paling aman kalau gurunya tanya dan dia hanya perlu jawab langsung tanpa perlu menuliskan jawabannya. Minat terbesarnya di IPA, dia sanggup tenang kalau melihat anatomi manusia dan sesuatu yang berhubungan dengan cara kerja benda. Mungkin ini satu-satunya calon dokter di keluarga.

Inilah anak yang untuk pelajaran matematika, tidak pernah saya ajari. Dia paham yang namanya pendek itu yang mana, yang panjang itu yang mana, mengurutkan angka dari terkecil sampai terbesar pun tau, untuk perkalian, gitu diajari di sekolah, dia paham mengerjakannya. Normalnya, anak-anak perlu belajar berkali-kali untuk perkalian, ada yang 10 kali belajar 10 kali salah. Anak ini berhasil di latihan pertama. Dua kakaknya perlu latihan berulang baru bisa dan anak bontot ini tenang saja kalau yang ujian itu matematika. Itu pelajaran paling enteng untuknya. Temannya uda takut kalau mate, dia mah santai.

Awalnya anak ini emoh belajar, dimasukkan ke TK saja perlu berbagai trik, masuk sekolah jam 8, jam 7.45, masih tidur dan tak ada tanda-tanda bangun. Pernah, baju seragam hilang, tas juga tak tau kemana, beragam hal terjadi. Kita tetap di 1 prinsip, ” Mau apapun yang terjadi, tetap masuk sekolah.” Saat SD, dia sudah bisa ke sekolah sendiri, berpakaian sendiri dan semua sendiri. Sampai gurunya bilang,” Ini murid yang hujan badai pun tetap datang.” Setidaknya sudah menjadi anak yang sadar tugas dan tanggung jawab.

Anak itu ibarat kertas putih yang walaupun sejak lahir dikaruniai bakat tertentu, orang tualah yang menambah guratan di atasnya. Pastikan coretannya membentuk gambar yang indah. Orang tua juga tak selamanya mendampingi anak. Harapan terbesar tentu saja anak berhasil mandiri.

Tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, yang ada adalah sekolah kehidupan. Kita dituntut untuk terus belajar dan belajar.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *