Banyak Anak Banyak Rezeki

Ini anggapan zaman dulu saat lahan pertanian masih luas dan perlu banyak tenaga kerja.

Di zaman teknologi sekarang, banyak yang dulunya dikerjakan manusia sudah digantikan oleh mesin.

Anak-anak yang hidup di zaman teknologi berbeda dengan mereka yang hidup di zaman pertanian. Seorang anak perlu biaya sekolah, biaya bus, bimbel, belum lagi makan minum dan kebutuhan rekreasi lainnya.

Hal ini kadang menjadi pertimbangan para calon orang tua, bahkan ada yang memilih konsep ” childfree” dimana mereka tidak direpotkan oleh kehadiran anak tapi hanya hidup berdua dengan pasangan.

Ada yang memilih childfree karena trauma yang mereka alami, misalnya kedua orang tua sibuk bekerja sehingga anak hanya diasuh oleh baby sitter. Kalau baby sitternya sama sampai anaknya masuk sekolah, masih mending. Bagaimana yang tiap beberapa bulan sekali ganti baby sitter. Tentu sang anak pun mesti terus beradaptasi. Kadang anak merasa binggung bahkan bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya orang tuanya?

Mungkin saja mereka yang memilih childfree pernah mengalami kekerasan fisik saat masih anak-anak. Saat dewasa, ia takut ia gelap mata dan melakukan kekerasan fisik pada anaknya tanpa ia sadari sehingga ia merasa lebih nyaman dengan childfree.

Selain itu, ada ketakutan terhadap caesar dan efek melahirkan yang kadang menghantui, terutama anak yang kehilangan ibunya sejak lahir. Kadang anak ini dicap sebagai pembawa sial karena ibunya meninggal dan ia yang selamat. Who knows?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *