Jalani apa adanya

Sepanjang minggu ini, ada teman dan kerabat yang datang berkunjung. Senang sih setelah melewati hari-hari sepi.

Ada yang muncul sangat pagi. Mama sering datang di minggu ini. Bawa masakan yang uda matang dari rumah, tinggal makan saja. Memang kewajiban mengurus makanan itu ada di pihak suami, dalam hal ini mertua. Tau sama tau lah yang namanya mertua itu bagaimana.

Ada saatnya kadang kita malas berdebat atau mendengar orang lain mengarang bebas. Memang sih ada orang yang kata-kata dan perbuatan kurang sesuai sehingga mereka kadang mengarang bebas mencari pembenaran kata-kata mereka. 1 kebohongan mengarah ke kebohongan lain. Karena orang yang ucapannya kurang tersaring kadang lupa dia itu bilang apa.

Ini prinsip interogasi di kantor polisi. Orang yang jujur, mau ditanya 100 x kali pun jawabannya sama. Dan mereka yang berbohong, keterangan 1 dan keterangan lain itu beda. 10x dimintai keterangan, 10 versi cerita yang keluar.

Mungkin kelihatannya dampak ucapan janji-janji pulau kelapa ini kecil. Di kemudian hari, paling juga tidak dipercaya. Sesederhana itu.

Kembali ke topik buku sejuta umat, saya cerita dikit. Tak perlu percaya, cukup dibuktikan saja.

Memiliki kekayaan itu seperti menggarap sawah. Kita perlu membajak tanah, menyemai bibit, menyiram, merawat dan memberi pupuk baru bisa panen. Kekayaan berlimpah itu juga sama. Tidak ada yang jatuh dari langit.

Disini berlaku prinsip memberi dan menerima. Kita perlu menanam dulu baru panen. Demikian juga kita perlu memberi dulu sebelum menerima. Bila kita sedang susah, banyak lah memberi. Memberi senyum atau memberi apa yang kita miliki. Misalnya, kita memiliki sepiring nasi, kita bisa berbagi beberapa sendok dengan kucing. Atau membagi lauk dengan tetangga kita yang kekurangan.

Walau tidak langsung berdampak ke kita, yang penting kita merasa bahagia. Jangan bayangkan, kita berikan 1 telur rebus ke A, kita dapat telur 3o butir dari yang lain. Itu bukan berbagi, itu namanya berbisnis. Berbagi dan berbisnis itu lain.

Saat berbagi, kita merasa bahagia, mau kebaikan itu kembali atau tidak, kita sudah melupakannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *