Ke Rumah Sakit

2 hari kemudian setelah disuntik, perutnya juga masih terasa mulas-mulas dan tidak ada perbaikan.

” Periksa ke rumah sakit, yuk. Masih sanggup bawa Honda?” kutanya pada suamiku.
” Bawa Honda sih bisa. Trus Lala bagaimana?”

” Biarkan saja. Kan tidur. Kita pun cuma bentar kok ke rumah sakit,” jawabku.

” Yok lah pergi,”Suamiku berkata gitu sambil ambil kunci kereta.

Sesampai di rumah sakit Restu Ibu ( ini rumah sakit yang berbeda dengan rumah sakit tempat saya melahirkan ya. Saya melahirkan di Rumah Sakit Sundari), kebetulan bertemu dokter kenalan yang langsung diperiksa dan disuruh periksa darah.

“Bu, ini usus buntu dan mesti segera dioperasi,”kata dokter sambil melihat hasil cek darah.

” Biayanya bagaimana?”

” Tak usah pusingkan biaya. Operasi aja dulu. Saya uda telepon dokter bedah dan akan dioperasi 2 jam kedepan ya,”jelas dr. Karo

” Tapi, dok. Anakku yang masih bayi kutinggal di rumah. Masih tidur. Saya pun bawa Honda. Gini, saya pulang rumah, ambil baju, balekkan Honda, bawa bayi dan naik becak aja ya, Dok,” kata suamiku

” Bagaimana ceritanya punya anak, kok ga melahirkan di sini? Pas keguguran disini kan dikeluarkan?” tanya dr Karo heran.

” Ya, dok. Saya periksa kehamilan di bidan sana. Saya takut periksa ke dokter kandungan. Kupikir bisa normal, eh caesar juga rupanya.”tak enak juga sih. Rupanya ingatan dokter ini kuat.

*****

Saat hamil anak pertama, saya sering periksa ke spesialis kandungan. Saat bayinya meninggal dalam kandungan, saya jadi takut periksa ke spesialis dan memilih ke bidan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *