Minggu ketiga setelah kelahiran

Tak terasa sudah 2 minggu berlalu. Saya sudah terbiasa dengan ritme Lala yang tidur sepanjang hari dan bangun di saat malam. Lelah sudah pasti. Capek pun. Susah berkata-kata bagaimana bagusnya bayi ini.

Susah juga membayangkan ibu yang punya anak 13, ini bagaimana mengurus anak sebanyak ini ya.

Mengurus 1 bayi saja sudah keteteran, apalagi punya anak puluhan. Mungkin benar juga pepatah lama, ” Banyak anak itu ibarat menanam rumput, biarkan saja lingkungan yang membesarkan.” Maknanya, orang tua hanya melahirkan, sisa umur yang terserah garis nasib si anak.

Kadang orang tua pun lupa, anak ini anak nomor berapa, lahir tanggal berapa. Sedih memang, tapi itu resiko banyak saudara.

Memasuki minggu ketiga, suamiku mengeluh sakit perut. Serasa ingin buang air besar tapi ditunggu-tunggu tak ada yang keluar. Dan rasa ini berlanjut sampai ke hari berikutnya. Kita lihat apakah mulas-mulas berlanjut atau berhenti di hari berikutnya.

Saya pun baru memahami rasa seperti itu saat kebetulan makan terlalu banyak daging saat pesta dan susah buang air. Sampai kucari pepaya kampung, makan separo. Ukuran pepaya kampung lumayan besar, merah dan manis. 1 pepaya kampung ada yang bisa sampai 3 kg.

Sebelum makan pepaya kampung, saya sudah coba dengan Microlax, obat pencahar dan tidak mempan. Sudah minum yakult yang mengandung prebiotik, sudah juga minum susu yang katanya bisa memperlancar. Sungguh alot dan tak ada yang keluar padahal perut terasa mulas seharian.

Setelah makan pepaya, saya memutuskan berhenti mencoba. Keesokan harinya, saya baru lancar buang air. Gitu toh rupanya, setelah makan pepaya, jangan bayangkan langsung diare. Pepaya juga perlu waktu. Lega rasanya setelah buang air walau mesti mengeluarkan banyak tenaga. Karena kotorannya rupanya keras.

Sejak itu saya kapok makan daging dan banyak makan sayur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *